Atlet Pencak Silat (Ala-Ala) Beraksi
00.38![]() |
Pencak Silat. Sumber: sportourism.id |
Dari Moskow, Rusia, kami terbang ke pusat fashion
dunia, Paris, Prancis. Kami terbang ke Prancis tanpa angklung. Angklung
terpaksa harus ditinggal di Moskow karena masalah pabean (custom). Lha? Gimana ini? Salah satu daya tarik utama dari
pagelaran kami kan justru di angklung. Tapi kami harus melanjutkan perjalanan
dan pagelaran tanpa angklung? Duh, kacau. Tapi apapun yang terjadi pagelaran
harus tetap berlanjut. Bye bye angklung.
Baca juga:
Dari Paris, kami langsung menuju ke region Normandy
dimana kami dipecah ke tiga kota: Rouen, Vernon dan Thuit-Signol.
What?
Dipecah? Iya, kami harus berpencar ke tiga tempat yang berjauhan. Waduh. Tapi ya mau gimana lagi kalau emang
pengaturan dari pihak penyelenggara setempat mengharuskan kita berpencar. The show must go on.
Selama di Prancis ini kami berpartisipasi dalam
sebuah event budaya dimana
kami bisa memperkenalkan ragam budaya Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat
pada khususnya. Saya bergabung dengan grup yang ditempatkan di kota Rouen.
Kami
tampil di sekolah, di hadapan anak-anak panti asuhan hingga anak-anak imigran
yang begitu girang melihat penampakan makhluk-makhluk asing membawa benda-benda
asing, berkostum warna-warni super aneh dan berbahasa planet lain yang nggak
dimengerti tapi ajaibnya mereka bisa sangat akrab dengan kami.
![]() |
Poto dulu (di depan rumah orang) sebelum tampil. Dok Pri. |
![]() |
Kumpul bocah. Dok Pri. |
Teman-teman di Vernon tampil menghibur oma opa di panti
jompo yang entah kapan terakhir kalinya
dikunjungi oleh sanak saudaranya. Mereka tampak bahagia mendapat kunjungan dan
hiburan dari anak-anak muda dari negeri timur jauh ini.
Teman-teman di Thuit-signol kabarnya terjebak di
sebuah kastil di tengah padang rumput maha luas. Jauh dari mana-mana. Aktifitas
mereka lebih banyak dihabiskan di kastil, bermain dengan ternak, kejar-kejaran sama kambing, memerah susu, makan, tidur dan
berkhayal.
Sebetulnya, kami kalang kabut karena tim
berpencar-pencar. Tapi biasalah manusia kalau lagi kepepet hanya ada dua
pilihannya antara, pertama, semakin drop
lalu males ngapa-ngapain dan nggak ngehasilin apa-apa,
atau, kedua, semakin kepepet semakin kreatif dan menghasilkan ide-ide gila juga
makin kompak. Kami memilih menjadi yang kedua.
Prinsipnya kalau lagi kepepet jangan sampai DEAD STYLE (mati gaya) dan juga jangan
mati akal. Lalu muncullah ide tari jaipong perjuangan dengan koreografi penuh
improvisasi, yang penting GOYANG, hingga membuat kaulinan anak, permainan anak-anak ala Indonesia seperti bermain do
mi ka do, petak umpet, hingga bernyanyi lagu anak-anak dengan koreagrafi
dadakan. Kami ajarkan anak-anak bule yang ngegemesin itu lagu Potong Bebek
Angsa dan Naik Delman dengan koreografi yang kocak. Anak-anak itu sampai hapal
dengan “TUK TIK TAK TIK TUK suara sepatu kuda” sambil menghentak-hentakan kaki
dengan wajah jenaka dan suara tawa super renyah membahana.
∼ȹȹȹ∼
Sementara itu, di Vernon, ada 4 teman yang
bertugas menjadi pemain pencak silat: Aji, Arfin, Arief, dan Leo. Mereka ini
bukan pemain silat sungguhan loh. Mereka bukan
semacam aktor bela diri Indonesia yang berlaga di film-film Hollywood; Iko Uwais,
Yayan Ruhian atau Cecep Arief Rahman. Mereka kebetulan aja ditugaskan
jadi pemain silat untuk misi ini dan berlatih selama enam bulan untuk bisa
pencak silat. Di Prancis ini, mereka dapat undangan dari panitia untuk
mempertunjukan seperti apa pencak silat, seni bela diri asli Indonesia.
"Ah, paling pertunjukan silatnya didepan anak-anak sekolah", pikir mereka. Mereka pun mengiyakan undangan tersebut.
"Ah, paling pertunjukan silatnya didepan anak-anak sekolah", pikir mereka. Mereka pun mengiyakan undangan tersebut.
Hari pertunjukan pun tiba. Mereka dijemput panitia
di hotel menuju tempat pertunjukan. Bayangan mereka, pertunjukan paling akan
ditonton oleh puluhan orang atau tidak lebih dari seratusan orang.
Setelah 15 menit, mobil
yang mengantar mereka masuk ke halaman sebuah gedung yang lebih mirip
sebuah stadion olah raga kelas internasional berkapasitas ribuan orang. Duh,
curiga ada lebih dari seratusan orang nih yang nonton. Perut mulai mules.
Mereka diajak masuk ke sebuah ruangan dimana mereka
disambut oleh beberapa orang. Orang-orang tersebut ternyata dari federasi
karate nasional Prancis. Dan ternyata teman-teman saya ini diundang sebagai
bintang tamu ke event final salah
satu kejuaraan karate berskala nasional di Prancis dimana pesertanya adalah
para karateka asli, bukan jadi-jadian seperti kawan-kawan saya yang pemain silat
jadi-jadian.
Parahnya lagi, panitia mengusulkan gimana kalau
diadakan tanding pencak silat lawan karate. Pemain pencak silat jadi-jadian vs
karateka profesional. DANG! Jantung serasa mau copot! Makin pucat muka mereka.
Tapi keempatnya nggak mati akal terutama Arief yang emang jago ngeles.
“Wah, kami ingin sekali bertanding melawan karateka
anda, tapi apa yang akan kami pertunjukan adalah sebuah seni, bukan sebuah
olahraga beladiri untuk dipertandingkan.” Jelas Arief dengan tenang meski
sebenernya gemeteran, broooh. Untung orang Indonesia mah pinter ngeles. apalagi Kang Aip (panggilan akrab Arif). Coba kalau panitia tau
kalau teman-teman saya ini sebetulnya kedernya setengah mati, bisa dibully abis-abisan.
Akhirnya diputuskan bahwa pencak silat akan
dipertunjukan sebagai eksibisi. Wuih, rasanya pengen sujud sukur dan
lompat-lompat kegirangan tapi mereka harus tetep terlihat tenang dan jaim (jaga image). Jangan sampai bocor kalau
sebenarnya mereka nggak bisa berantem.
Beberapa saat sebelum pertunjukan, kaset yang berisi
backsound untuk mengiringi pencak
silat diputar di tape panitia guna
kepetingan check sound. Yang kemudian
keluar dari pengeras suara bukan suara instrumen musik khas pencak silat
seperti gendang pencak ataupun terompet pencak tapi justru alunan lagu menyayat
hati dengan vokal bikin baper.
“♪♫ ... It came over me in a rush when I realize that I love you so much ...
♫♪“
Lhaaa! Itu mah
lagu mehek-mehek yang sempet ngetop di era akhir 90-an yang dipopulerkan sebuah
grup vokal R&B asal Amerika, Blackstreet, berjudul In A Rush. Astagah!
Si Arief salah bawa kaset. Dia malah bawa kaset kompilasi lagu-lagu super galau
favoritnya. Kok bisaaaaaa?
Ini gimana coba, masa eksibisi pencak silat backsoundnya lagu mellow yang bisa bikin baper. Untuk kesekian kalinya para pendekar
Jatinangor (lokasi kampus UNPAD) jadi-jadian ini diserang panik yang membuat mereka
semakin pucat pasi. Setelah diskusi alot akhirnya diputuskan bahwa eksibisi
pencak silat akan dilaksanakan tanpa iringan musik.
Giliran pencak silat pun tiba. Saatnya ke-4 kawan
saya memasuki arena eksibisi.
Begitu melangkah masuk memasuki arena, jantung
mereka langsung berdegup kencang. Mereka nggak percaya dengan apa yang sedang
mereka liat. Nggak disangka-sangka, ternyata
gedung olah raga yang menjadi venue
adalah sebuah gelanggang olahraga berkapasitas kurang lebih 8000 penonton.
Kurang lebih sebesar Istora Senayan di
Jakarta. Dan, lebih gilanya lagi gedung ini penuh
sesak dengan penonton. Tapi nggak satu pun dari penonton itu bersuara. Hening.
Sunyi senyap. Mereka semua fokus memandang empat
pendekar super ganteng dari Indonesia berbaju pangsi, baju silat, super
genjreng biru metalik yang membuat mereka terlihat lebih mirip biduan dangdut
daripada pendekar silat.
Keempatnya langsung beraksi mempertontonkan
jurus-jurus silat yang telah dipelajari selama enam bulan terakhir dengan
begitu kompak, bertenaga dan sangat dinamis. Penonton nggak sadar sebetulnya keempat pendekar yang tengah
beraksi bukanlah atlet pencak silat sungguhan.
Bukan pula sebuah pertunjukan yang mudah, mengingat
mereka tampil tanpa musik yang seharusnya mengiringi mereka. Apalagi mereka
tampil dihadapan ribuan pasang mata yang mungkin belum pernah
liat pencak silat seumur hidup mereka.
Babak pertama berjalan lancar. Penonton memberikan
sambutan yang sangat meriah. Babak berikutnya adalah babak tarung di mana
pesilat akan bertarung satu lawan satu. Leo melawan Arief. Aji melawan Arfin.
Saat Aji lawan Arfin, ada kejadian di luar skenario
yang cukup menghebohkan. Jadi, saat pertarungan, masing-masing memegang sebuah
senjata. Aji bersenjatakan Kipas sementara Arfin bersenjatakan senjata khas
Jawa Barat sejenis keris bernama Kujang. Kejadian menghebohkan terjadi di
penghujung pertarungan. Ada satu adegan dimana Arfin menyerang Aji dengan
menghunuskan Kujang dan Aji harus menangkis hunusan kujang dengan kipas. Nggak
disangka saat kipasnya Aji menangkis kujang, kujang milik Arfin terpental
terbang puluhan meter. Seluruh penonton langsung berdecak kagum dan memberikan standing applause yang meriah kepada para pendekar kita.
Mungkin mereka pikir orang-orang Indonesia sakti
mandraguna semacam Brama Kumbara. Sementara
pihak panitia mungkin merasa untung karateka mereka nggak jadi lawan pendekar
pencak silat Indonesia. Bisa-bisa mereka dibuat terbang oleh pendekar
Indonesia.
Jadi, guys, jauh sebelum para aktor laga Indonesia seperti Iko Uwais, Yayan Ruhian dan Cecep Arief Rahman yagn dikenal dengan ilmu bela diri (pencak silat) nya go internasional, kami udah go internasional duluan, jadi "aktor drama". Arfin, Arif, Leo dan Aji bahkan dapet piala pulak. Duh, apa jadinya kalau panitia tau jika mereka berempat adalah atlet pencak silat jadi-jadian?
Jadi, guys, jauh sebelum para aktor laga Indonesia seperti Iko Uwais, Yayan Ruhian dan Cecep Arief Rahman yagn dikenal dengan ilmu bela diri (pencak silat) nya go internasional, kami udah go internasional duluan, jadi "aktor drama". Arfin, Arif, Leo dan Aji bahkan dapet piala pulak. Duh, apa jadinya kalau panitia tau jika mereka berempat adalah atlet pencak silat jadi-jadian?
∼ȹȹȹ∼
#travel #misibudaya #culture #indonesia #pencaksilat #Europe
30 komentar
Guilty as charged ! Wakakaka. Maapkan aku salah bawa kaset. My bad.
BalasHapusGue jadi kepikiran lho yg Kita lakukan adalah diplomasi2 kecil untuk menyelesaikan masalah. Walau kemampuan bahasa prancis seadanya. Alhamdulillah bisa2 aja jalan. Orang Indonesia emang juara soal survival.
Btw Kita dikasi penghargaan lho sama mereka. Dikasih piala satu2
Hihihihi ... btw, gue tambahkan ya ttg si piala ini ke ceritanya, boleh???
BalasHapuswah seru juga ya jalan-jalannya.. eh tapi kasian juga ya kalo ada seniman yang bawa angklung terus dikenakan biaya lagi...
BalasHapusga dikenakan biaya lagi sik, cuma angklungnya sempet nyungsep 😁
Hapusselalu ketawa kocak tiap mampir ke sini
BalasHapusbtw teman-temanmu itu sekarang kerja jadi apa mas? cocok buat main pilem.
hahaha #cocokmaenpelm
Hapusmereka sekarang ada yg jd diplomat, dosen, pengusaha, ibu RT, dll.
Ahhhh aku tambah kagum sama dirimu deh... membawa nama Indonesia bahkan sampai ke pelosok desa di belahan dunia lain. Memang ya, selalu ada cerita seru kalau ikut misa budaya begini....
BalasHapusKebayang, mereka takjub banget sama penampilan Kang Idfi and team...
Thanks for sharing, sehat selalu yaaa
makasih banget udah mampir dan ninggalin jejak apalagi pake kirim doa segala 😉 doa yang sama untukmu juga kakakkk
HapusWkwkwkw saya auto nyanyi lagu In A Rush. Tetapi, tetap susah ya ngebayangin kalau pencak silat jadi pakai lagu itu. Kayaknya bakal kocak banget! :D
BalasHapuskalo backsoundnya in a rush mah langsung slowmo gerakannya 😆
HapusMasyaallah kang idfi menghibur ih baca artikelnya. Ini seriusan kejadian begitu? Hebat euy....orang Indonesia jago ngeles, hahaha yang penting mah nekad aja ya.
BalasHapusiye ciyusss ... begitulah irg indonesia mah kreatip paaan? 😆
HapusHahahahahahaaha, bisa-bisanya salah bawa kaset ihh..
BalasHapusMakasi lho Mas, terhibur betul aku baca cerita sukses (+menderita) nya kalian. Kalian semua rawck!
hahaha makasiiiih
HapusArtikelnya asik dan menghibur hehehe
BalasHapusterimakasih kakakkk
HapusSeruuuu bangeeeet
BalasHapusAih kalian hebat deh
Bener itu, ide-ide kreatif biasa muncul saat kepepet. Latihan bareng tiba-tiba harus berpencar, belum lagi kudu say good bye sama angklung. Ditambah salah bawa kaset pula, sungguh drama yang wow hahahaha
Tapi kakak-kakak semua hebaaat
Sukses mengharumkan nama Indonesia
Selamat yaaaa
makasiiiih yaaaa ... perjalan misi budaya ini emang memorable banget
HapusItu produser hollywood kalau tau, bisa2 Iko Uwais lewat. Mending pilih kang Idfi gantiin Iko heheheheh
BalasHapusLOL
HapusKalau baca blognya kang Idfi selalu ada cerita menarik, apalagi tentang budaya Indonesia. Tapi memang sih kalau dengar beberapa cerita dari teman dan saudara yang tinggal diluar negeri tuh katanya orang Indonesia selalu memliki keunikan.
BalasHapusorang indonesia mah juwaraaaaah hahah proud to be indonesian
HapusAku mau ngakak liat meme yang terakhir hahahhaahaha.
BalasHapushihihi
HapusSeru ya bisa jalan2 keluar negeri bawa nama bangsa.. penasaran sama foto2nya..
BalasHapuspoto2nya ilanggggg ... beberapa temen lain juga yg ikut pada gak telaten mendokumentasikan
HapusItu beneran jejadian...ngeri kali bayanginnya kang wakakak
BalasHapus😂😁😀
HapusHahaha, pemain pencak silat jadi-jadiannya tetap keren bisa menghibur banyak orang di stasion gede berkapasitas banyak orang. Sekeren kakak Idfi yang punya banyak pengalaman oke di negeri orang.
BalasHapusbiar jadi-jadian yang penting eksisss hahahah
Hapus